PERWAYANGAN DARI DAERAH JAWA TIMUR
Dewasa ini, pengaruh kebudayaan industry telah melanda kehidupan masyarakat kita dalam segala bidang. Seni pertunjukan wayang yang awalnya masih mengutamakan nilai – nilai adiluhung, kini telah bergeser dan mengalami pendangkalan mutu. Pertunjukan wayang kini cenderung “melayani” selera pasar sebagai saran hiburan sehingga estetikanya terabaikan.
Filsafat wayang yang syarat dengan pesan – pesan moral, tidak lagi menyentuh hati nuraini penontonya. Penonton lebih tertarik dengan penampilan para pelawak dan penyanyi dangdut yang di sisipkan dalam adegan – adegan limbuk cangik dan goro – goro. Acara hiburan ini berlangsung sampai berjam – jam. Sesudah itu, penonton banyak yang meninggalkan area pertunjukan. Adapun sisa waktunya hanya sedikit tidak cukup untuk membentangkan jalanya cerita sesuai dangan lakon yang di pergelarkan. Akibatnya pertunjukan layar kehilangan inti sarinya sebagai tuntunan hidup, dan hanya sebagai tontonan yang kurang berbobot.
Di beberapa daerah sering terjadi kerusuhan di kalangan para penontonya yang suka mabok – mabokan. Tampilnya para penyanyi dangdut dan campur sari yang biasanya masih muda dan cantik – cantik, sering menjadi pemicu ke onaran penonton yang hanya ingin berhura – hura. Mereka tidak segan – segan mengancam dalangnya untuk segera mulai dengan acara dangdutan dan memaksa para penyanyi tampil dengan berdiri di tengah arena. Sering juga terjadi tawuran antar kelompok bahkan sampai mengakibatkan korban jiwa.